Liputan6.com, Jakarta Sampah yang dianggap sudah tak berarti bagi banyak orang ternyata justru bisa menghasilkan cuan bagi salah satu perajin diorama asal Kota Salatiga.
Hartanto namanya. Dibanding mengotori lingkungan, dia lebih memilih memanfaatkan sampah tersebut untuk dijadikan sebagai bahan membuat miniatur. Dari ide itulah dia akhirnya bisa menghasilkan uang.
Baca Juga
“Saya tertarik karena melihat sampah di mana-mana, daripada mengotori tempat kita manfaatkan untuk mendukung diorama. Kan, sama bisa juga menambah nilai jual, ekonomi berarti ya,” cerita dia kepada Tim Berani Berubah.
Advertisement
Dia bercerita bahwa inspirasinya membuat diorama ini karena sejak kecil menyukai barang-barang mini. “Jadi kalau melihat suatu bentuk barang yang bagus, kita ingin perkecil untuk hiasan. Jadikan dilihat lebih mudah, ya. Untuk hiasan dinding, misalnya,” tutur dia.
Dari Sampah Jadi Barang Bernilai Ekonomi
Dalam pembuatannya, Hartanto mengolah limbah menjadi miniatur yang semirip mungkin dengan aslinya agar diorama tersebut ketika difoto terlihat seperti nyata.
Sementara itu untuk bahannya, dia memanfaatkan limbah, seperti kawat ram, kaleng soft drink, dus-dus bekas bisa, dan didukung oleh bambu. Bambu yang sudah tidak terpakai pun, katanya, bisa dijadikan sebagai tangga, pot, atau mendukung diorama rumah.
Pembuatan diorama ini tentu tidak mudah. Hartanto juga mengalami kesulitan khususnya dalam menemukan limbah sebagai bahan pembuatannya.
Dia menuturkan, “Kalau kesulitannya paling mencari bahan, pertama ya. Kan kalau dasarnya sih biasanya mudah, untuk pendukung bahan-bahan itu yang kita carinya agak sulit.”
Hartanto mengungkapkan, bisnis membuat diorama ini dia lakoni sendiri dan belum memiliki pegawai. Hal itu karena barang dari limbah masih mudah didapatkan. Akan tetapi, ketika membuat miniatur bentuk motor dia terkadang meminta bantuan dari temannya.
Harga dan Penjualan
Untuk harga sendiri, Hartanto menjual dengan kisaran Rp 500 ribu sampai dengan Rp 1 juta. Itu tergantung dari tingkat kesulitannya. Biasanya dia menghabiskan waktu hingga seminggu untuk menyelesaikan diorama tersebut.
Sementara untuk penjualannya, diorama hasil tangan Hartanto ini sudah berhasil dikenal sampai ke luar Pulau Jawa. Dia pernah mengirim sampai ke NTB, NTT, Jakarta, Bangka, Lampung, hingga Dubai.
Meski berbentuk mini, tapi miniatur ini laku terjual salah satunya karena bisa sebagai bahan untuk bernostalgia. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pembeli Guntur Sri Hartono.
“Saya tuh secara pribadi ingin bernostalgia. Karena apa? Sekarang di kota-kota maupun di desa-desa itu kita jarang menemui tempat-tempat masa kecil saya seperti ini. Contohnya rumah seperti ini. Ini jarang kita temui, itu salah satunya. Betul, salah satunya itu. Keduanya juga memberikan pendidikan kepada anak-anak kita bahwasanya jangan sampai melupakan sejarah masa lalu, seperti ini. Biar dia pola pikirnya tidak selalu milenial,” ungkap dia.
Hartanto berharap ke depannya bentuk diorama yang dibuatnya semakin sempurna dan detail seperti aslinya.
“Buat teman-teman marilah kita bersama untuk memanfaatkan limbah yang sulit diurai, untuk menjadikan suatu karya yang lebih bernilai. Terus belajar, terus mencoba dan berani berubah!” pungkasnya.
Ikuti kisah ini maupun yang lainnya dalam Program Berani Berubah, hasil kolaborasi antara SCTV, Indosiar bersama media digital Liputan6.com dan Merdeka.com.
Program ini tayang setiap Senin di Program Liputan 6 Pagi SCTV dan Fokus Pagi Indosiar pukul 04.30 WIB, dan akan tayang di Liputan6.com serta Merdeka.com pada pukul 06.00 WIB di hari yang sama.
Advertisement